Senin, 25 Januari 2010

REMAJA

PENGARUH MUSIK
TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA

Kaga’ bisa hidup tanpa musik? Sah-sah saja sih. Ya, walaupun sebenarnya saya kurang setuju dengan pernyataan tersebut - “Tak Bisa Hidup Tanpa Musik”. Kapan-kapan kita bahas ya. Hehehe.
Balik ke topik kita hari ini.
Di postingan saya beberapa minggu pernah membahas mengenai pengaruh tidur terhadap kecerdasan emosional seorang remaja. Nah, kali ini saya senang mengutarakan isi hati saya mengenai pengaruh musik, yang juga saya alami selama ini, mungkin juga remaja-remaja lainnya termasuk Anda (yang tidak remaja lagi. Hehe.)
Akan tetapi, kali ini lebih menitikberatkan ke remaja dulu ya, Bo’. Soalnya masa remaja itu kan masa paling labil dan lebih gampang terpengaruh oleh lingkungan dan suasana sekitar mereka, termasuk musik!Saya sendiri sering mengalami hal yang seperti ini. Di saat saya berada dalam keadaan yang benar-benar putus asa, saya malah mendramatisir keadaan dengan mendengarkan lagu-lagu yang menghipnotis keadaan hati yang makin terpuruk. Wuih! Bisa-bisa bunuh diri…
Sebegitu mengerikannyakah musik terhadap kestabilan seseorang? Menurut saya, ya! Yang pasti sekadar intermeso, saya sering menyebut-nyebut jenis musik “Psychedelic” jika sedang ada yang berkonsultasi mengobrol dengan saya mengenai musik.

Dari Wikipedia saya kutip mengenai jenis musik yang satu ini:
Jenis musik ini dapat menyebabkan halusinasi, perubahan persepsi, sinestesia, ketakutan, perasaan mistik dan psycho.
Oke. Yang pasti di sini kita tidak akan membahas soal genre musik ini dan itu, namun pengaruhnya terhadap kejiwaan seorang remaja. Ada yang bilang:
“Ngga ngaruh apa-apa tuh waktu saya dengerin lagunya SORE yang ‘Pergi Tanpa Pesan’!”
Yup! Kalau didengeri sambil-lalu sih kaga’ bakal terjadi apa-apa. Tapi, coba deh dihayati lirik lagunya dan setiap petikan nadanya:
Jauh perjalanan, mencari intan pujaanAduhai…Dimana puan, mengapa pergi tanpa pamitan
Lembah kuturuni, bukit nan tinggi ku dakiaduhai…Tak kunjung jumpa, mengapa hilang tak tentu rimba
Laut hempaskanku padanya, bintang tunjukkan arahOh angin bisikkanlah malam ini
Hati cemas bimbang, harapan timbul tenggelamAduhai…Permata hati, mungkinkah kelak berjumpa lagi …
Oh angin bisikkanlah malam iniHati cemas bimbang, harapan timbul tenggelamAduhai…Permata hati, mungkinkah kelak bersua lagi.
Intinya jangan pernah memaknai lagu-lagu seperti ini terlalu dalam. Apalagi jika sedang dalam depresi. Hehehe. Bisa berabe mah! Bukannya termotivasi, sadar diri, dan optimis serta empati, yang ada hanyalah terpuruk dengan kesendirian dan egois.
Lalu, bagaimana cara mengatasinya?
Bukankah lagu-lagu melankolis dan genre yang saya sebutkan di atas bisa menmbuat mood yang buruk, kenapa tidak mendengarkan lagu-lagu yang ceria untuk mengubah mood yang tidak baik tersebut menjadi lebih ‘ceria’!
Kalau begitu apakah tidak boleh mendengarkan genre Psychedelic dan beberapa yang lainnya? Tentu saja tidak! Kita (remaja) boleh-boleh saja menerima melodi-melodi seperti itu, terlebih lagi kita kan tidak menutup diri. Asalkan… Tahu batas-batasnya!*)
Semoga bermanfaat!

*) Di beberapa momen, memaknai suatu musik mungkin penting untuk bisa menjiwai apa yang sedang dia lakukan. Misalnya saya, jika sedang menulis cerpen yang bertema melankolis, keputusasaan dan sebagainya, jari-jari saya selalu dibarengi oleh musik supaya dapat ‘feel’-nya.

Tidak ada komentar: